Cerdas Dalam Kehidupan yang Merdeka
Apa arti kemerdekaan di era digital? Pertanyaan
di atas mendorong kita untuk menilik arti dua kelompok kata; pertama kemerdekaan
sedang yang kedua era digital. Kemerdekaan berasal dari kata dasar
merdeka yang berarti bebas. Bebas di sini bisa kita artikan terlepas dari
penjajahan, kekangan yang menyebabkan seorang individu tidak dapat melakukan
hal yang dia inginkan secara leluasa. Kelompok kata kedua adalah sebuah frasa
yang berasal dari satuan kata dasar era; yang berarti waktu dan digital yang
secara harfiah memiliki arti yang berhubungan dengan nomor. Ketika digabung, era
digital berarti masa di mana banyak produk digital yang dipakai oleh
manusia sehingga memberikan dampak penyebaran informasi secara cepat yang
berimbas kepada kehidupan sosial sebuah masyarakat.
Satu jenis kemerdekaan atau
kebebasan yang sering menjadi ciri khas era digital adalah berkaitan
dengan penyebaran informasi. Hal ini memang tidak terlepas dari ciri khas
digital itu sendiri yang menjadikan informas (news) menjadi konsumsi pokok
layaknya nasi atau makanan pokok lainnya. Saking begitu gampangnya mengakses
dan memberikan informasi, kita kadang atau bahkan sering lupa memperhatikan aturan
atau norma yang tetap harus diikuti meski secara global internet (platform
untuk menyebarkan informasi) adalah sebuah medium yang minim peraturan karena tidak
berada pada ranah fisik. Meski begitu, kita juga harus sadar bahwa informasi di
dunia maya ini pada akhirnya toh dibaca dan diserap oleh khayalak ramai jadi
seberapa besar kita mengagungkan kebebasan dari internet, kita tidak bisa
melupakan dampaknya. Jadi, poinnya kebebasan itu tetap ada batasannya karena naluri
alamiah kita sebagai mahluk sosial.
Untuk mengkondisikan kebebasan yang bertanggung jawab ini, diperlukan karakter atau kualitas bagi para pengguna informasi yakni "cerdas". Cerdas di sini berkaitan dengan kemampuan intelektual dan juga
emosional si pembaca berita untuk menganalisa sebuah konten sebelum memutuskan
untuk menerima atau mungkin menyebarkan ke publik melalui media sosial seperti
facebook, twitter, you tube, instagram dll. Si pembaca cerdas akan bisa
memprediksikan dampak yang timbul jika konten yang dia sebarkan dibaca oleh
para netizen. Dia juga mampu untuk menganalisa konten dan struktur artikel;
bisa membedakan antara artikel yang ditulis oleh penulis bertanggung jawab atau
tidak (karena dia sedikit banyak paham kode jurnalistik).
Selain contoh
tersebut, kecerdasan kita ber-internet juga bisa dilihat dari bagaimana kita
bertanggung jawab dengan apa yang kita unggah ke dunia internet. Jangan
sekali-kali kita berpikir bahwa akun yang kita punya di facebook, instagram dan
jejaring media sosial yang lain sebagai rumah kita yang bebas kita gunakan
semau kita. Internet tidak pernah menjadi hal yang private karena dari
awal jenis teknologi digital ini bertujuan untuk mempublikasikan informasi.
Jika kita menilik sejarah, awal mulai internet dibuat oleh departemen
pertahanan Amerika Serikat adalah dengan tujuan untuk menyebarkan informasi
secara efisien. Jadi menilik kodrat dibuatnya internet bisa kita simpulkan
bahwa privasi adalah mustahil. Karena tidak adanya privasi mutlak, sikap
berhati-hati adalah sebuah kewajiban. Mengupload gambar, video, kalimat harus
dilakukan dengan kesadaran penuh bahwa apa yang kita masukkan ke jejaring nirkabel
global ini akan menjadi milik publik. Jadi jika suatu saat ada insiden atau pun
kejadian sebagai dampak dari perilaku kita, maka kita harus berani maju ke
depan untuk mempertanggung jawabkan perbuatan kita. Kesadran model seperti ini akan menjadi sebuah
filter yang membuat pengungguh informasi akan lebih berhati-hati.
Era digital itu menyenangkan karena dengan adanya internet dunia terasa
begitu kecil dan mudah untuk diakses dengan bebas. Akan tetapi, selama kita
masih tinggal berdempetan dengan orang lain, kebebasan tidak akan pernah
menjadi sebuah kemutlakan, tak terkecuali juga dengan kemerdekaan yang sudah
diraih bangsa ini selama 72 tahun.
"Artikel ini dikutsertakan dalam lomba blog PalingBaru #LombaBlogPalingBaru"
Comments
Post a Comment