Menjadi Pintar Itu Sebuah Kutukan

Ada sebuah kisah tentang seorang anak perempuan yang punya mimpi untuk pergi ke langit. Dia sering duduk di teras rumahnya di malam hari memandang langit hitam yang penuh dengan bintang-bintang. Dia sering membayangkan bintang-bintang itu akan turun dan melesatkannya ke tempat nan jauh, nan indah dan nan penuh dengan kebahagiaan. Anak perempuan ini mengulang-ulang apa yang dia lakukan setiap malam. Dia terus berharap apa yang dia bayangkan akan menjadi kenyataan. Setelah penantian yang cukup panjang, keajaiban itu datang. Bintang-bintang turun ke teras rumahnya dan bergerak cepat melesat membawanya pergi ke tempat yang dia impikan; jauh, indah dan penuh dengan kebahagian. 


 

Sepenggal kisah di atas adalah sebuah cerita tak masuk akal yang ada di kepala seorang anak perempuan di usia belasan tahun. Anak ini begitu unik karena banyak hal berputar dalam kepalanya waktu itu. Dia sering mengkhayal, bereksperimen dan bertanya. Pertanyaannya pun macam-macam. Khayalannya pun macam-macam. Di antararanya adalah menemukan obat dari sari rerumputan, terbang ke angkasa dengan baju astronot, menari balet dengan baju tutu, dan diculik oleh alien kemudian di bawa ke Eropa. Bagi manusia di mana gadis kecil ini tinggal, apa yang ada di kepalanya sulit untuk mereka pahami.

Orang-orang sering memanggilnya dengan pungguk yang merindukan bulan. Dia ini si kerdil dengan tinggi badan tak sampai 150 cm. Kenapa dia punya angan-angan setinggi bulan?

Meski begitu, si gadis kecil tak pernah menghiraukan apa kata orang. Dia terus bermimpi dan hidup dalam keunikan di kepalanya. Dia menyukai buku jadi setiap bel istirahat berbunyi, dia akan pergi ke perpustakaan usang di gedung SD sekolahnya dan mengambil beberapa buku.Kadang dia baca di sekolah dan kadang dia bawa pulang.Buku-buku favoritnya adalah seri buku penemu dunia. Untuk kali pertama, dia mengenal kata James Watt sebagai penemu mesin uap, Alexander Graham Bell sebagai penemu telepon dan Marconi sebagai penemu telegram. Karena merasa bahwa buku itu menyenangkan, si gadis kecil mengambil buku-buku lain dari perpustakaan.Dia membawa tentang seorang gadis penari balet dan juga cerita anak-anak di kebun bunga matahari. Dia menyukai dunia cerita dan kemudian bermimpi lebih banyak lagi. Dia ingin menjadi atlet tenis, penari dan juga superhero.

 

Dalam dunia di mata orang, gadis ini kemudian dikenal sebagai gadis pintar. Dia dengan mudah memahami apa yang dipelajari di sekolah, mengaplikasikannya dalam menjawab soal-soal dan akhirnya mendapatkan posisi tinggi dalam ranking di sekolah. Dia begitu dikagumi karena hampir tidak pernah berada di peringkat bawah. Benar saja, peringkat tertingginya itu 6. Angka 6 ini pun tampak menjadi angka tabu bagi si gadis. Dia pulang dengan air mata karena mendapati angka enam di atas kertas raport-nya. Orang tua si gadis begitu bangga mendapati anaknya menjadi anak kebanggaan. Dia dipuji di setiap pertemuan wali murid karena punya anak yang pintar. Meski jujur saja, si orang tua tidak terlalu paham kenapa anaknya bisa jadi pintar. Mereka saja tidak pernah mengajari anak ini tentang nama-nama planet di tata surya atau jenis-jenis tumbuhan berakar tunggang dan serabut. Seingat mereka, mereka hanya bilang 'belajar, Nak' dan setelahnya mereka sibuk dengan pekerjaan mereka sendiri. Anak ini begitu mandiri sementara orang tua sibuk dengan urusan mereka dan dunia. Dunia yang tak begitu ramah pada orang-orang yang buta huruf dan lulusan SD.

Kebanggaan ini berlanjut sampai anak gadis lulus SMA. Dia lulus dengan peringkat juara kelas. Sayangnya seribu sayang, semua harus berhenti sampai sini. Si orang tua anak gadis memutuskan untuk tak mendukung pendidikan si anak pintar ini karena masalah klasik; uang. Mereka menyerahkan hidup anak gadis ini pada dirinya sendiri. Untuk beberapa saat, si anak gadis menjadi frustasi. Mimpi-mimpi itu masih sering berputar di kepalanya, tetapi karena dunia nyata begitu kejam , mimpi-mimpi itu tiba-tiba jarang muncul. Dia menjadi ketakutan dan akhirnya hidup dalam kehampaan tanpa mimpi.Sampai pada suatu hari, si gadis memutuskan akan membuat lompatan besar. Dia akan pergi ke negeri nan jauh di mana mimpi-mimpi ini mungkin bisa menjadi kenyataan. Akhirnya, dia memutuskan. Pergi berkelana menjadi musafir yang berjuang seorang diri.

 

Dunia memang kejam. Tempat di mana si gadis pergi ternyata penuh dengan gegap gempita. Ada surga di sana, tapi setelah dia mengamati nerakanya juga banyak. Tempat ini seperti tak memberikan si polos kesempatan. Semuanya bergerak cepat, lugas dan keras. Untungnya, si gadis dilindungi langit. Dia bertemu dengan orang-orang baik di sepanjang jalan. Mereka memperkata isi kepala dan hati si gadis sehingga di gadis berubah menjadi sosok yang lebih pintar mental dan juga pikiran. Satu per satu mimpinya terwujud. Dia bisa berkelana ke negeri jauh meski bukan eropa dan bisa menjadi penari balet yang dia inginkan. Dia bahkan bisa menemukan galaksi baru yang belum pernah dia bayangkan. Negeri ini punya segalanya. Selama dia mampu dan mau, maka dia akan mendapatkan segalanya.

 

Suatu hari, bencana menyerang negeri ini. Dan mau tak mau, si gadis harus pulang kembali ke tempat aman, yakni tanah kelahiran yang masih sama seperti dulu; damai tapi tanpa mimpi. Demi menyelamatkan nyawanya, dia hidup kembali bersama orang tuanya. Orang tua yang dia harapkan akan memberinya kenyamaan dari marabahaya ternyata sudah berubah. Mereka tidak lagi acuh tak acuh. Mereka menjadi peduli dengan setiap inci kehidupan si anak gadis. Setiap hari, mereka bertanya, 'Kapan'. Kapan kau beri kami cucu, kapan kau beri kami menantu, kapan kau tahu isi hati kami, kapan kau akan sama dengan yang lain. yang lain sudah beranak pinak, yang lain sudah berumah tangga, yang lain sudah....jadi kamu kapan?

 

Akhirnya, si anak gadis sadar bahwa kepintarannya hanyalah sebuah kutukan. Dia pintar di tempat yang salah. Pintar itu ternyata juga pilih-pilih. Dia akan menjadi berkah bagi yang namanya Santo, Sukmo, Dewo, tetapi menjadi bencana bagi Santi, Sukma dan Dewi.

Sekian!!!

Comments

Popular Posts